Jakarta - Pencarian sinyal alien dimulai pada 1960 saat astronomer Frank Drake mengusulkan teleskop radio 26 meter. Meskipun berhasil menangkap beberapa sinyal, hingga kini belum terjadi komunikasi kosmik. Sinyal alien diyakini bisa ditangkap 24 tahun lagi.
Pencarian sinyal kosmik itu dilakukan oleh lembaga AS, SETI Institute dengan teleskop berukuran sangat besar. Saat ini AS telah membangun Green Bank Telescope berukuran 43 meter dan yang lebih hebat lagi adalah teleskop di Arecibo Observatory sepanjang 310 meter.
Hampir 50 tahun ilmuwan mencari kehidupan makhluk luar angkasa dengan menangkap sinyal radio. Namun komunikasi kosmik, hingga kini belum pernah berlangsung.
Pencarian makhluk luar angkasa selalu sama, yaitu mengamati sinyal radio yang tidak alamiah di satu bintang. Jika tidak ditemukan, maka akan bergerak ke bintang yang lain. Kini metode itu berubah. Allen Telescope Array, yang merupakan kerjasama SETI Institute dan University of California di Berkeley membuat mengamati bintang dapat dipelajari dalam satu kesempatan sekaligus.
Selama beberapa tahun ke depan, diperkirakan lebih dari jutaan bintang bisa diperiksa apakah ada tanda kehidupan. Selama berabad-abad strategi SETI terpaku pada aturan emas kosmik, yaitu mencari dengan cara komunikasi yang kita punyai. Satu generasi yang lalu, manusia mengirimkan sinyal TV analog "I Love Lucy" ke ruang angkasa. Kini Frank Drake memperkirakan alien juga telah melakukan transmisi secara digital, menggunakan laser dan bukan antena radio berukuran besar.
Drake yang kini presiden SETI mengatakan, perlu alat yang lebih kuat untuk mengirimkan sinyal ke luar angkasa. Hal itu bisa dilakukan oleh National
Ignition Facility yang bisa memfokuskan 192 laser dan membuat pulsa seterang sinar matahari.
"Cahaya dari laser seperti itu bisa membuat pulsa cahaya yang bisa dilihat dari teleskop kecil di seluruh galaksi," katanya.
Seth Shostak, astronomer senior SETI Institute memiliki dua teori bagaimana ET mengirimkan transmisi ke makhluk lain di jagad raya. Pertama sinyal semacam pulsa cahaya dikirim ke berbagai planet yang mungkin berpenghuni termasuk planet bumi. Sinyal yang lain lebih kecil intensitasnya dipancarkan dua arah dan memberitahu bagaimana bisa saling
berkomunikasi.
Jadi dimana harus mulai mencari? Berdasarkan sejarah SETI Institute membidik planet mirip bumi yang kemungkinan ada kehidupan seperti bumi. Namun Shostak mengatakan alien mungkin mengirim sinyal intelegensia tingkat tinggi.
Drake dan Shostak membantah pencarian sinyal alien selama 50 tahun tanpa menghasilkan apa-apa. Dia mengatakan dari ribuan bintang yang sudah dipelajari, hanya sebagian kecil potensi yang sudah ditelusuri. "Kami baru mencari 5-10 kombinasi yang mungkin," imbuhnya.
Shostak mengatakan ada bukti kehidupan di luar bumi akan ditemukan dalam 24 tahun ke depan. Baik itu akan dilakukan oleh SETI atau dengan menganalisa atmosfer exoplanet atau menggali di Mars.
Sementara Drake lebih pesimistis. "Aku tidak yakin pada 2025 ada sesuatu kecuali kita beruntung. Mungkin butuh dua kali lipatnya, mungkin 2050," katanya. (inilah)
Pencarian sinyal kosmik itu dilakukan oleh lembaga AS, SETI Institute dengan teleskop berukuran sangat besar. Saat ini AS telah membangun Green Bank Telescope berukuran 43 meter dan yang lebih hebat lagi adalah teleskop di Arecibo Observatory sepanjang 310 meter.
Hampir 50 tahun ilmuwan mencari kehidupan makhluk luar angkasa dengan menangkap sinyal radio. Namun komunikasi kosmik, hingga kini belum pernah berlangsung.
Pencarian makhluk luar angkasa selalu sama, yaitu mengamati sinyal radio yang tidak alamiah di satu bintang. Jika tidak ditemukan, maka akan bergerak ke bintang yang lain. Kini metode itu berubah. Allen Telescope Array, yang merupakan kerjasama SETI Institute dan University of California di Berkeley membuat mengamati bintang dapat dipelajari dalam satu kesempatan sekaligus.
Selama beberapa tahun ke depan, diperkirakan lebih dari jutaan bintang bisa diperiksa apakah ada tanda kehidupan. Selama berabad-abad strategi SETI terpaku pada aturan emas kosmik, yaitu mencari dengan cara komunikasi yang kita punyai. Satu generasi yang lalu, manusia mengirimkan sinyal TV analog "I Love Lucy" ke ruang angkasa. Kini Frank Drake memperkirakan alien juga telah melakukan transmisi secara digital, menggunakan laser dan bukan antena radio berukuran besar.
Drake yang kini presiden SETI mengatakan, perlu alat yang lebih kuat untuk mengirimkan sinyal ke luar angkasa. Hal itu bisa dilakukan oleh National
Ignition Facility yang bisa memfokuskan 192 laser dan membuat pulsa seterang sinar matahari.
"Cahaya dari laser seperti itu bisa membuat pulsa cahaya yang bisa dilihat dari teleskop kecil di seluruh galaksi," katanya.
Seth Shostak, astronomer senior SETI Institute memiliki dua teori bagaimana ET mengirimkan transmisi ke makhluk lain di jagad raya. Pertama sinyal semacam pulsa cahaya dikirim ke berbagai planet yang mungkin berpenghuni termasuk planet bumi. Sinyal yang lain lebih kecil intensitasnya dipancarkan dua arah dan memberitahu bagaimana bisa saling
berkomunikasi.
Jadi dimana harus mulai mencari? Berdasarkan sejarah SETI Institute membidik planet mirip bumi yang kemungkinan ada kehidupan seperti bumi. Namun Shostak mengatakan alien mungkin mengirim sinyal intelegensia tingkat tinggi.
Drake dan Shostak membantah pencarian sinyal alien selama 50 tahun tanpa menghasilkan apa-apa. Dia mengatakan dari ribuan bintang yang sudah dipelajari, hanya sebagian kecil potensi yang sudah ditelusuri. "Kami baru mencari 5-10 kombinasi yang mungkin," imbuhnya.
Shostak mengatakan ada bukti kehidupan di luar bumi akan ditemukan dalam 24 tahun ke depan. Baik itu akan dilakukan oleh SETI atau dengan menganalisa atmosfer exoplanet atau menggali di Mars.
Sementara Drake lebih pesimistis. "Aku tidak yakin pada 2025 ada sesuatu kecuali kita beruntung. Mungkin butuh dua kali lipatnya, mungkin 2050," katanya. (inilah)