Berita Tekno, Jakarta - Ilmuwan Australia temukan petunjuk penyebab merebaknya kematian hewan pengerat berkantung Tasmanian Devil. Kanker wajah disinyalir menyebar sangat cepat dan mengancam eksistensi hewan langka dunia ini kurang dari 50 tahun lagi.
Menakutkan sebagaimana penampilannya, hewan pengerat asal Tasmania ini tidak bisa menularkan kanker berbahaya yang selama ini mengancam keberlangsung hidup mereka. Ilmuwan telah menemukan asal usul penyakit tersebut, sebuah langkah awal untuk menyelamatkan hewan berkantung asal Australia ini.
Hewan berwarna gelap tua ini menyebarkan kanker pembunuh dengan sangat cepat ketika mereka menggigit wajah satu sama lain. Sejak penyakit khusus tersebut ditemukan pada 1996, jumlah mereka telah menyusut 70%. Musim semi tahun lalu, Australia mengkategorikan ‘Tasmania Devil’ sebagai hewan langka yang dilindungi.
Faktor tidak ada perawatan dan harapan yang kecil dalam upaya menemukan obatnya sampai para ilmuwan mengerti apa yang menyebabkan gejala tumor wajah yang mereka idap tersebut.
Sebuah tim internasional mengambil peran meneliti gen kanker tersebut dan menemukan bahwa secara tidak sengaja penyakit tersebut tumbuh di dalam sel yang melindungi syaraf hewan pengerat tersebut.
Lalu para ilmuwan memburu mutasi yang mengubah sel menjadi ganas, bekerja dengan harapan suatu saat dapat menuntun kepada vaksin yang dapat melindungi Tasmanian Devil atau bahkan perawatan.
“Waktu terus berdetak,” ujar Peneliti Utama Elizabeth Murchison dari Universitas Nasional Australia. “Sangat buruk memikirkan tidak akan ada lagi Tasmanian Devil dalam jangka waktu 50 tahun lagi karena mereka punah dengan sangat cepatnya.”
Hewan yang memiliki rahang kuat, suara denyitan mengerikan dan serakah akan konsumsi makanan adalah karnivora hewan berkantung terbesar di dunia. Mereka tidak hidup di luar Pulau Tasmania, sebuah pulau di selatan Australia.
Apa sebenarnya yang memicu kanker yang menyebabkan tumor yang tumbuh lebar di sekitar wajah dan leher hewan tersebut sehingga mereka tidak bisa makan? “Penyakit tersebut tidak datang dari spesies lain,” ujar Murchison.
Tasmanian Devil untuk beberapa alasan cenderung rentan terhadap berbagai tipe kanker. Sinyal awal genetika tumor ini disinyalir muncul lebih dari 20 tahun lalu, mutasi membuat beberapa sel Schwan, sel yang memproduksi bahan perekat disebut dengan myelin, bagian yang sangat penting bagi syaraf, hingga membuat hewan pengerat pertama ini menderita tipe penyakit kanker tersebut.
Mutasi itu akhirnya membentuk kanker serupa. Ketika satu ekor hewan sakit menggigit lainnya, maka akan menularkan atau transplantasi sel kanker hidup yang membentuk duplikat dari tumor hewan pertama.
Tim Murchison mengetes 25 tumor diambil dari Tasmanian Devil yang lokasinya berbeda di Tasmania dan menemukan bahwa tumor identik satu sama lain. “Jika satu dari dua jenis kanker ini menyebar dengan cepat, ada hal berbeda yang terjadi pada kanker anjing yang ditularkan melalui aktivitas seksual,” ujar Murchison.
Peneliti menciptakan tes diagnosa berdasarkan bagian myelin mengandung protein disebut periaxin yang sangat khas ada di dalam kanker Tasmanian Devil bukan di lainnya.
Tim juga mengkompilasi sebuah katalog yang berisi informasi genetika Tasmania Devil. Di antara target lainnya yang diinginkan manakah bagian gen tersebut yang memiliki faktor terbesar dalam penyebaran dan tingkat bahaya kanker tersebut. [inilah.com]
Menakutkan sebagaimana penampilannya, hewan pengerat asal Tasmania ini tidak bisa menularkan kanker berbahaya yang selama ini mengancam keberlangsung hidup mereka. Ilmuwan telah menemukan asal usul penyakit tersebut, sebuah langkah awal untuk menyelamatkan hewan berkantung asal Australia ini.
Hewan berwarna gelap tua ini menyebarkan kanker pembunuh dengan sangat cepat ketika mereka menggigit wajah satu sama lain. Sejak penyakit khusus tersebut ditemukan pada 1996, jumlah mereka telah menyusut 70%. Musim semi tahun lalu, Australia mengkategorikan ‘Tasmania Devil’ sebagai hewan langka yang dilindungi.
Faktor tidak ada perawatan dan harapan yang kecil dalam upaya menemukan obatnya sampai para ilmuwan mengerti apa yang menyebabkan gejala tumor wajah yang mereka idap tersebut.
Sebuah tim internasional mengambil peran meneliti gen kanker tersebut dan menemukan bahwa secara tidak sengaja penyakit tersebut tumbuh di dalam sel yang melindungi syaraf hewan pengerat tersebut.
Lalu para ilmuwan memburu mutasi yang mengubah sel menjadi ganas, bekerja dengan harapan suatu saat dapat menuntun kepada vaksin yang dapat melindungi Tasmanian Devil atau bahkan perawatan.
“Waktu terus berdetak,” ujar Peneliti Utama Elizabeth Murchison dari Universitas Nasional Australia. “Sangat buruk memikirkan tidak akan ada lagi Tasmanian Devil dalam jangka waktu 50 tahun lagi karena mereka punah dengan sangat cepatnya.”
Hewan yang memiliki rahang kuat, suara denyitan mengerikan dan serakah akan konsumsi makanan adalah karnivora hewan berkantung terbesar di dunia. Mereka tidak hidup di luar Pulau Tasmania, sebuah pulau di selatan Australia.
Apa sebenarnya yang memicu kanker yang menyebabkan tumor yang tumbuh lebar di sekitar wajah dan leher hewan tersebut sehingga mereka tidak bisa makan? “Penyakit tersebut tidak datang dari spesies lain,” ujar Murchison.
Tasmanian Devil untuk beberapa alasan cenderung rentan terhadap berbagai tipe kanker. Sinyal awal genetika tumor ini disinyalir muncul lebih dari 20 tahun lalu, mutasi membuat beberapa sel Schwan, sel yang memproduksi bahan perekat disebut dengan myelin, bagian yang sangat penting bagi syaraf, hingga membuat hewan pengerat pertama ini menderita tipe penyakit kanker tersebut.
Mutasi itu akhirnya membentuk kanker serupa. Ketika satu ekor hewan sakit menggigit lainnya, maka akan menularkan atau transplantasi sel kanker hidup yang membentuk duplikat dari tumor hewan pertama.
Tim Murchison mengetes 25 tumor diambil dari Tasmanian Devil yang lokasinya berbeda di Tasmania dan menemukan bahwa tumor identik satu sama lain. “Jika satu dari dua jenis kanker ini menyebar dengan cepat, ada hal berbeda yang terjadi pada kanker anjing yang ditularkan melalui aktivitas seksual,” ujar Murchison.
Peneliti menciptakan tes diagnosa berdasarkan bagian myelin mengandung protein disebut periaxin yang sangat khas ada di dalam kanker Tasmanian Devil bukan di lainnya.
Tim juga mengkompilasi sebuah katalog yang berisi informasi genetika Tasmania Devil. Di antara target lainnya yang diinginkan manakah bagian gen tersebut yang memiliki faktor terbesar dalam penyebaran dan tingkat bahaya kanker tersebut. [inilah.com]